Kamis, 28 November 2013

SEMINAR PARENTING MOVE-ON 2

"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena anak sekarang adalah milik zaman sekarang, bukan milik zaman orang tuanya".

Demikian kilasan petikan yang disampaikan oleh Bapak Andi Alif Kaharuddin pada Seminar Parenting Move-ON yang dilaksanakan oleh Kampus Mi'raj Internasional pada Ahad, 24 Nopember 2013 di Gedung Training Center Lt.7 Kampus UIN Jl. Sultan Alauddin Makassar.

Bukan tanpa alasan Bapak Andi Alif melontarkan kalimat ini. Sering terjadi, orang tua karena dorongan dan obsesinya terhadap sesuatu, kemudian dengan serta merta ingin menjadikan anaknya seperti yang dikehendakinya. "Saya mau anakku jadi begini atau begitu, seperti halnya Saya saat dididik oleh orang tua Saya dulu". Pernyataan seperti ini biasa kita dengar dari para orang tua yang cukup ambisius. Mungkin karena merasa cukup sukses menjadi pengusaha besar sehingga semua anaknya di dorong untuk menjadi pengusaha. Padahal sebuah obsesi ataupun sebaliknya, trauma kehidupan, akan sangat tepat bila dijadikan sebagai pelajaran hidup bagi sang anak kelak saat dewasa, bukan malah menjadikannya sebagai beban psikologis. Parenting Move-ON memang menuntut orang tua supaya punya kesungguhan untuk berubah dan senantiasa bergerak maju menuju kebaikan.

Kesadaran untuk mencerdaskan anak tentulah dimiliki oleh setiap orang tua yang bijak. Betapa banyak orang tua yang bekerja keras, membanting tulang, mencari biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya agar menjadi anak yang sukses, bahkan sebagian diantaranya ada yang rela hidup sederhana, mengorbankan apa yang bisa dikorbankan demi mencapai cita-cita sang anak. Tapi persoalannya, pengorbanan dan kerja keras orang tua sering kali tidak disertai dengan kesadaran dan pengetahuan yang memadai tentang cara mencerdaskan anak itu sendiri. Seperti dalam satu riwayat, Rasulullah SAW pernah menceritakan bagaimana nasib sang orang tua di akhirat yang seharusnya menikmati keindahan syurga namun pada akhirnya harus masuk neraka disebabkan karena komplain dari anaknya yang menjadi ahli neraka, karena selama di dunia, sang anak merasa terabaikan dari tanggung jawab orang tuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanggung jawab sesungguhnya orang tua ada pada anak dengan tidak membuat sang anak menjadi terbengkalai.

Orang tua berkewajiban mencetak generasi yang hebat dan berkualitas dan ini hanya bisa dimulai dari orang tua yang selalu optimis menghadapi hidup. Yang harus dipahami oleh orang tua yang mau sukses dalam mendidik anak adalah kesadaran untuk menjadi orang tua yang bisa menjadi teladan bagi anak dalam semua aspek kehidupan. Keteledanan tercermin dari tingkah laku dan kebiasaan positif yang ditanamkan sejak dini. Orang tua itu ibarat busur dan sang anak menjadi anak panahnya sehingga pengaruh orang tua sangat berperan dalam mengarahkan baik buruknya sang anak.

Diakhir seminar, Bapak Andi Alif memberikan beberapa tips supaya orang tua bisa lebih dekat dengan anak sehingga menjadi orang tua yang menyenangkan, yaitu: Satu; biasakanlah kalimat pujian lebih sering terdengar di telinga sang anak dibanding kalimat teguran. Kedua; jadilah pendengar setia mereka sehingga sang anak leluasa mengungkapkan isi hatinya. Ketiga; minta maaflah jika kita sebagai orang tua telah melakukan kesalahan dan sebaliknya, jangan ragu mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka. Keempat; jalinlah kekompakan antara anak dan orang tua (samakan frekuensi).

Seminar ditutup dengan penarikan doorprise berupa buku "ON" karya Jamil Azzaini kepada tiga peserta yang beruntung. Selamat... Dan sampai jumpa di Seminar berikutnya.(MUR)